Alasan Pembenaran Bunga pada Bank Konvensional
Oleh : Muhammad Syafi’i Antonio
Beberapa alasan untuk membenarkan bunga di dalam sistem perbankan :
- Teori Abstinence
Teori ini menganggap bahwa bunga adalah sejumlah uang yang diberikan kepada seseorang karena pemberi pinjaman telah menahan diri (abstinence) dari keinginannya memanfaatkan uangnya sendiri semata-mata untuk memenuhi keinginan peminjam. Pengorbanan untuk menahan keinginan – sehingga menunda suatu kepuasan – menuntut adanya kompensasi, dan kompensasi itu adalah bunga
Kelemahan teori ini :
- Kenyataannya pemberi pinjaman hanya akan meminjamkan uang yang tidak ia manfaatkan, pemberi pinjaman hanya akan meminjamkan uang berlebihan dari yang ia perlukan. Dengan demikian, sebenarnya pemberi pinjaman tidak menahan diri atas apapun. Tentu ia tidak boleh menuntut imbalan atas hal yang tidak dilakukan tersebut.
- Tidak ada standar yang dapat digunakan untuk mengukur unsur penundaan konsumsi dari teori bunga abstinence. Walaupun ada, bagaimana menentukan suku bunga yang adil antara kedua belah pihak, yakni pemberi pinjaman dan peminjam.
- Teori Bunga sebagai Imbalan Sewa
Teori ini menganggap uang sebagai barang yang menghasilkan keuntungan bilamana digunakan untuk melakukan produksi. Jadi uang bila tidak digunakan tidak menghasilkan keuntungan, tetapi bila digunakan dipastikan menghasilkan keuntungan sekian persen dari usaha yang dilakukan.
Kelemahan teori ini :
- Uang tidak bisa disamakan dengan barang-barang rumah tangga atau perusahaan. Karena barang-barang tersebut membutuhkan perawatan dan nilainya cenderung menyusut.
- Nilai uang akan sama dengan nilai barang dan sifat uang sama dengan sifat barang. Nilainya tidak stabil, maka fungsi uang akan kehilangan esensinya.
- Sulit memperhitungkan besarnya sewa uang yang dikenakan kepada orang lain, dan bisa saja ini akan mengingkari aspek kemanusiaan.
- Teori Produktif-Konsumtif
Teori ini menganggap setiap uang yang dipinjamkan akan membawa keuntungan bagi orang yang dipinjaminya. Jadi setiap uang yang dipinjamkan baik pinjaman produktif maupun konsumtif pasti menambah keuntungan bagi peminjam sehingga pihak yang meminjami berhak untuk menarik sekian persen dari keuntungan dari apa yang telah peminjam lakukan atas pinjaman yang telah diberikan.
Kelemahan teori ini :
- Setiap penggunaan pinjaman, terdapat dua kemungkinan memperoleh keuntungan atau menderita kerugian. Jika dalam menjalankan bisnisnya peminjam mengalami kerugian, dasar apa yang dapat membenarkan pemberi pinjaman menarik keuntungan tetap secara bulanan atau tahunan dari peminjam.
- Keuntungan dari peminjam tidak bisa dijamin selalu sama dari bulan ke bulan atau tahun ke tahun. Artinya bisa saja peminjam mengalami keuntungan dan kerugian dalam menjalankan usahanya.
- Teori Opportunity Cost
Teori ini beranggapan bahwa dengan meminjamkan uangnya berarti pemberi pinjaman menunggu atau menahan diri untuk tidak menggunakan modal sendiri guna memenuhi keinginan sendiri. Hal ini serupa dengan memberikan waktu kepada peminjam. Dengan waktu itulah yang berutang memilki kesempatan untuk menggunakan modal pinjamannya untuk memperoleh keuntungan. Hal ini dijadikan alasan para penganut teori ini untuk menganggap bahwa pemberi pinjaman berhak menikmati sebagian keuntungan peminjam. Menurut mereka, besar kecilnya keuntungan terkait langsung dengan besar kecilnya waktu. Pemberi pinjaman dianggap berhak mengenakan harga sesuai dengan lamanya waktu pinjaman.
Kelemahan teori ini :
- Waktu tidak bisa dijadikan dasar bagi peminjam untuk mendapatkan keuntungan usahanya. Bisa saja dengan bekerja keras, dengan waktu yang telah ditentukan, kita akan mendapatkan keuntungan yang diharapkan. Akan tetapi keberadaan usaha kita selain dipengaruhi oleh kondisi ekonomi juga kondisi non-ekonomi.
- Pengaruh waktu dalam berbagai bidang usaha berbeda-beda. Untuk itu, kita tidak bisa menyamaratakan keuntungan-kerugian yang diperoleh dari setiap usaha, misalnya pedagang-pedagang yang menjual barangnya di pasar persaingan sempurna dipastikan setiap harinya memiliki keuntungan-kerugian yang tidak sama.
- Teori Kemutlakan Produktivitas Modal
Teori ini beranggapan bahwa :
Pertama, modal mempunyai kesanggupan sebagai alat dalam memproduksi.
Kedua, modal mempunyai kekuatan-kekuatan untuk menghasilkan barang-barang dalam jumlah yang lebih besar dari apa yang bisa dihasilkan tanpa memakai modal.
Ketiga, modal sanggup menghasilkan benda-benda yang lebih berharga daripada yang dihasilkan tanpa modal.
Keempat, modal sanggup menghasilkan nilai yang lebih besar dari nilai modal itu sendiri.
Dengan demikian, pemberi pinjaman layak untuk mendapatkan imbalan bunga.
Kelemahan teori ini :
- Modal akan berfungsi baik bila ada dukungan faktor produksi yang lain, seperti profesionalisme, pengembangan teknologi, luasnya industri dan lain-lain
- Kondisi sosial politik akan mempengaruhi keefektifan modal dalam mempengaruhi optimalisasi produksi.
- Teori Nilai Uang pada Masa Datang Lebih Rendah
Teori ini menganggap bunga sebagai selisih nilai (agio) yang diperoleh dari barang-barang pada waktu sekarang terhadap perubahan atau penukaran barang di waktu yang akan datang. Ada tiga alasan mengapa nilai barang di waktu yang mendatang akan berkurang, yaitu :
Pertama, keuntungan di masa yang akan datang diragukan. Hal tersebut disebabkan oleh ketidakpuasan peristiwa serta kehidupan manusia yang akan datang, sedangkan keuntungan masa kini sangat jelas dan pasti.
Kedua, kepuasan terhadap kehendak atau keinginan masa kini lebih bernilai bagi manusia daripada kepuasan mereka pada waktu yang akan datang. Pada masa yang akan datang, mungkin saja seseorang tidak mempunyai kehendak sama dengan sekarang. Dan ketiga, kenyataan barang-barang pada waktu kini lebih penting dan berguna. Dengan demikian, barang-barang tersebut mempunyai nilai yang lebih tinggi disbanding dengan barang-barang pada waktu yang akan datang.
Kelemahan teori ini :
- Bila demikian mengapa banyak orang tidak membelanjakan seluruh pendapatannya di saat sekarang. Tetapi lebih banyak menyimpan demi keperluan di masa datang. Hal ini menunjukkan orang menahan keinginan masa kini demi untuk memenuhi keinginan masa depan. Padahal mereka tidak dapat menduga apa yang bakal terjadi pada masa mendatang.
- Hasil yang nyata dari optimalisasi waktu tergantung pada jenis usaha, sektor industri, lama usaha, keadaan pasar, stabilitas sosial dan politik, dan lain-lain.
- Teori Inflasi
Teori ini menganggap adanya kecenderungan penurunan nilai uang di masa datang. Maka menurut paham ini, mengambil tambahan dari uang yang dipinjamkan merupakan sesuatu yang logis sebagai kompensasi penurunan nilai uang selama dipinjamkan.
Kelemahan teori ini :
- Argumentasi tersebut sangat tepat seandainya dalam dunia ekonomi yang terjadi hanyalah inflasi saja tanpa ada deflasi atau stabilitas.
- Kita tidak boleh menutup kemungkinan dalam masalah transaksi syariah terdapat keuntungan. Tidak jarang keuntungan yang dihasilkan dari transaksi tersebut memiliki nilai return yang melebihi nilai inflasi.