Banyak yang bertanya ? Mengapa Bunga diharamkan ?
Seperti lagu Bang Haji Rhoma, “mengapa yang asyik-asyik itu di haramkan” ? . Nah bagi kita yang telah membaca tulisan sebelumnya yang berjudul “Katakan Tidak Kepada : Riba !”, disana disebutkan dalil-dalil dan tahapan-tahapan pelarangan Riba yang Allah sampaikan dalam Al-quran, lengkap dengan Hadits Rasulullah SAW.
Namun kadangkala kita menjumpai pertanyaan menggelitik, mengapa Allah mengharamkan Bunga? Apa landasan logika dibalik itu semua ? Nah ditulisan ini, saya mencoba mengangkat tema ini dan semoga sebagai pencerah bagi kita semua .
Bunga = Bendungan
Pernahkah kita melihat bendungan? Apakah air yang berada di dalam bendungan bisa mengalir keluar dengan bebas ? Semakin tinggi bendungan semakin banyak air yang tertahan di dalamnya. Bendungan setinggi 3 meter akan menahan air hingga setinggi 3 meter. Jika bendungannya dinaikkan menjadi 10 meter maka air akan tertahan hingga 10 meter di dalamnya.
Dalam ekonomi, siapakah bendungan dan siapakah air itu ?
Uang pada prinsipnya seperti air, mengalir ! Air yang mengalir akan membuat sungai dan parit parit menjadi bersih. Air yang mengalir akan membersihkan sungai-sungai. Parit dan sungai yang banyak sampah akan menyebabkan air tergenang, mampet ! Air yang tergenang akan menjadi sumber penyakit, sumber sampah, bau dan tempat nyamuk bertelur !. Begitu pula dengan uang, jika dalam perekonomian uang dihambat, dibatasi dia akan tertahan, mampet, hingga akhirnya meluber dan Banjir !. Dalam istilah ekonomi kita sebut dengan Krisis Keuangan.
Pertanyaan berikutnya, apakah Bendungan itu ? bendungan itu adalah yang menyebabkan uang berhenti dan macet mengalir yaitu : Sistem Riba, yang dalam bahasa ekonomi kita dihaluskan dengan istilah : Bunga ! . Sistem bunga akan menahan seseorang untuk memutarkan uangnya di sektor reel. Mengapa ini bisa terjadi ? Secara alamiah setiap orang akan dihadapkan dengan dua pilihan apakah ingin mendepositokan uangnya ke Bank ataukah memutarnya ke sektor reel.
Perbandingan tingkat keuntungan yang diharapkan jika berinvestasi dengan tingkat bunga deposito akan menjadi pertimbangan utama seseorang yang ingin menceburkan diri dalam dunia bisnis. Jika tingkat keuntungan investasi lebih tinggi dari bagi hasil bunga deposito maka orang akan memilih untuk berinvestasi, begitupula sebaliknya jika tingkat bunga deposito lebih besar dari tingkat investasi maka seseorang akan memilih mendepositokan uangnya.
Bagaimana Prakteknya
Bagaimana prakteknya, ambillah contoh Ibu Nayla memiliki uang 20 juta rupiah. Seorang temannya mengajaknya untuk berbisnis Butik, sementara itu temannya seorang marketing Bank Konvensional menawarkan untuk mendepositokan uangnya dengan tawaran bunga 15% per tahun. Bu Nayla dihadapkan kepada 2 pilihan, Menabung atau Berinvestasi . Yuk kita buat hitung-hitungannya . Dengan suku bunga Bank 15 % pertahun. Artinya jika uang itu didepositokan 1 thn, maka 1 thn kemudian tanpa ngapa-ngapain hanya golek kiri golek kanan uang Bu Nayla akan menjadi 20 juta + 3 juta (dari bunga 15 % ). Apa dampaknya secara ekonomi dan secara psikologis bagi bu Nayla ? Dengan tambahan 3 juta pertahun, keinginan Ibu Nayla untuk menginvestasikan uangnya akan hilang, karena tanpa ngapa-ngapin pun toh uangnya bisa beranak pinak. Dibandingkan mesti bersusah payah berinvestasi di bisnis butik.
Sekarang, bagaimana jika suku bunga turun menjadi 5 % pertahun. Mari kita buat hitungannya: Setelah 1 tahun, tanpa ngapa-ngapain hanya golek kiri golek kanan uang Ibu Nayla akan menjadi 20 juta + 1 juta (dari bunga 5 % ) . Ops… tinggal 1 juta ? bagaimana pengaruhnya bagi Bu Nayla secara ekonomi dan secara psikologis ? Jelas , keinginan Bu Nayla untuk untuk mendepositokan uangnya tidak akan sebesar yang pertama, sekarang dia terbuka untuk berbagai pilihan investasi yang ada, karena jika di depositokan di Bank hanya mendapatkan kompensasi sebesar 1 juta pertahun.
Nah bagaimana jika suku bunga perbankan turun menjadi 0 % pertahun. Maka 1 tahun kemudian uang Bu Nayla akan tetap 20 juta + 0 rupiah (dari bunga 0 % ). Artinya tidak ada pertambahan secara ekonomis. Apa dampaknya bagi Bu Nayla ? dengan tambahan 0 rupiah pertahun, keinginan Bu Nayla untuk berinvestasi butik bersama temannya akan terbuka lebar, dibandingkan dia menabung ke bank, dan tidak mendapatkan kompensasi apapun dari uang yang ditabungnya selain jaminanan keamanan.
Begitulah ilustrasinya pengaruh bunga/riba terhadap keinginan seseorang untuk berinvestasi di sektor reel/dunia bisnis. Dengan suku bunga yang tinggi, masyakat akan lebih terdorong untuk membungakan uang saja. Sehingga dapat ditarik kesimpulan tingkat suku bunga akan menghalangi minat seseorang untuk berinvestasi.
Geliat ekonomi dengan ber Investasi
Apa pengaruhnya jika masyarakat lebih memilih untuk berinvestasi dibandingkan menitipkan uangnya di bank ?
Setiap dana yang diinvestasikan akan menggerakkan ekonomi, membesar dan terus membesar seperti efek bola salju. Contohnya Bu Eva, memilih untuk berinvestasi di dunia fashion dengan modal 100 juta. Untuk memulai usahanya dia menyewa 1 buah ruko seharga 20 juta rupiah dan mempekerjakan 1 orang karyawan dengan gaji 2 juta rupiah, 60 juta dibelikan pakaian/bahan pakaian dan sisanya 20 juta untuk kas. Berapa perputaran ekonomi akibat investasi yang dilakukan bu eva ? mari kita buat hitungannya .
Pertama; peningkatan permintaan ruko sebanyak 1 unit. Kedua: pengurangan pengangguran sebanyak 1 orang . Ketiga : Peningkatan permintaan pakaian dan bahan pakaian senilai 60 juta.
Bagaimana Hitungan Secara Makro ?
Akibat terjadi kenaikan permintaan ruko 1 unit. Maka para developer akan meningkatkan persediaan jumlah ruko, yang artinya akan ada tukang yang tidak menganggur, lahan kosong yang akan dibangun. Begitu juga dengan pengurangan jumlah pengangguran sebanyak 1 orang . Orang yg mulanya pengangguran dan tidak memiliki kemampuan daya beli akan menjadi memiliki daya beli. Dia akan memiliki daya beli untuk membeli beras, membeli makanan pokok, membeli pakaian dan seterusnya. Selanjutnya, dengan permintaan pakaian dan bahan pakaian sebesar 60 juta maka akan terjadi peningkatan permintaan secara besar di industri pakaian. Dunia tekstile akan menggeliat. Pabrik-pabrik tekstile akan membuka lowongan pekerjaan baru, yang artinya mengurangi pengangguran. Begitu juga dengan pabrik-pabrik yang mendukung industri tekstile, bisa jadi akan terjadi penambahan jumlah pabrik-pabrik baru.
Dan seterusnya dan seterusnya, ekonomi akan terus bertumbuh dan membesar .
Mungkin kita berpikiran skeptis, ah itu terlalu muluk-muluk ! Bagaimana mungkin dengan permintaan kecil seperti itu ekonomi akan bergerak? Bagaimana mungkin akan terjadi penambahan jumlah pabrik ?
Ayo kita menghitung secara makro. Jika satu orang seperti bu eva memutuskan untuk menginvesasikan uangnya bukan sebaliknya menunggu uangnya bunga berbunga, maka yang terjadi adalah seperti hitungan seperti diatas. Bagaimana jika ada 1.000 bu eva atau bahkan 1.000.000 bu eva yang berfikiran sama dalam 1 negara ? Akan terjadi kenaikan permintaan ruko sebanyak 1000.000 unit. 1000.000 orang berhenti mengganggur. 60 Triliyun permintaan tekstile. Wah, angka yang luar biasa bukan ? Anda bisa hitung sendiri betapa kuatnya efek bola salju itu . Menggelinding dan terus menggelinding kian besar.
Jadi apa lagi yang membuat mu tidak percaya dengan Ekonomi Islam ?
“Barang siapa mencari agama selain dari agama Islam, maka sekali-kali (agama itu) tidaklah akan diterima, dan di akhirat kelak dia termasuk orang yang rugi.” (Q.s. Ali Imran [3]:85)
—-