Kota Yastrib dikaruniai tanah subur dengan buah-buahan, sayur-sayuran, dan kaya dengan air. Yastrib mempunyai dua suku yang berbeda (Aus dan Khazraj) di samping tiga suku Yahudi (Banu Qainuka’a, Banu Nadhir dan Banu Qurayza). Suku Aus dan Khazraj menguasai Madinah tetapi diantara mereka sering bermusuhan dan selalu berperang dan hal ini sering dimanfaatkan oleh orang Yahudi. Secara ekonomi Yastrib dikuasai oleh Yahudi, namun itu berubah setelah kaum Muslimin hijrah ke Yastrib dan mengganti nama kota tersebut menjadi Madinah.
Masuknya Islam ke Madinah merubah wajah kota tersebut . Kaum muhajirin yang mayoritas para pedagang dengan strategi bisnis yang mereka miliki dan balutan keimanan serta akhlak yang mulia berhasil menguasai perkeonomian Madinah hanya dalam tempo 2 tahun. Bagaimana ini bisa terjadi ? . Berikut 4 Strategi yang diterapkan para generasi pertama Islam ini :
Strategi Pertama : Membangun Pasar Muslim
Di Madinah, Rasulullah SAW mempersaudarakan Abdurrahman Bin Auf dengan orang kaya yang bernama Sa’ad bin Rabi’ . Sa’ad Bin Rabi’ menawarkan separuh hartanya hanya saja Abdurrahman menolak, dan berkata “Tidak usah. Tunjukkan saja saya dimana pasar.” Akhirnya beliau pergi ke pasar, melakukan riset pasar dan dalam waktu yang singkat dia mengetahui bahwa pasar – pasar di madinah dikuasai oleh para pedagang pedagang Yahudi .
Melihat kondisi yang berlaku di pasar Madinah tersebut, Abdurrahman Bin Auf melakukan strategi dan taktik yang cukup unik. Dengan bantuan saudara anshar-nya itu Abdurrahman Bin Auf membeli tanah di dekat pasar tersebut, dan mempersilahkan para pedagang untuk berjualan di tempat tersebut, dalam waktu singkat lahirlah pasar kaum muslimin pertama di Kota Madinah.
Dengan adanya pasar kaum muslimin bisa dengan leluasa menerapkan aturan aturan ekonomi islam dalam berdagang tanpa perlu takut direcoki oleh kepentingan bisnis yahudi. Biarlah nanti waktu yang membuktikan pasar mana yang lebih efisien dan memenuhi kebutuhan masyarakat.
Strategi Kedua : Bayar Setelah Untung
Setelah pasar dibuka, berikutnya adalah mengundang para pedagang untuk mau berdagang disitu. Strategi marketing yang diterapkan adalah BAYAR setelah UNTUNG. Strategi ini tentu saja menarik minat para pedagang. Maka berbondong bondonglah para pedagang untuk membuka lapaknya di pasar yang baru dibuka ini. Dalam waktu singkat pasar telah ramai dengan pedagang, ah tak sekarang tak dahulu yang gratis memang selalu diminati J .
Sistem tersebut sangat membantu para pedagang untuk menurunkan beban biaya sewa kios dan menurunkan harga jual dagangan mereka yang akhirnya berimbas kepada semakin lakunya barang dagangan mereka jika dibandingkan dengan pasar yahudi. Secara umum, keuntungan para pedagangan di pasar muslim meningkat.
Strategi Ketiga : Lebihkan Takaran
Setelah beberapa lama pasar berjalan, para pedagang muslim menyampaikan keluhan dan permasalahan mereka yaitu :
Para pedagang Yahudi dapat untung lebih besar dibandingkan mereka, karena pedagang Yahudi sudah biasa mengurangi takaran pada barang dagangan mereka. Misalnya jika membeli 1 kilogram gandum dipasar Yahudi nyatanya hanya mendapat 900 gram, sementara para pedagang muslim 1 Kilogram tetap 1 Kilogram . Namun apakah jawaban Rasul ?
“Lebih kan takaran” sabda Rasul . Artinya apa, bukannya mendapatkan pemaafan untuk turut curang seperti Yahudi, pedagang muslim malah diperintahkan melebihkan ! . Jadi jika tadinya 1 kilogram diberi 1 kilogram sekarang mesti dilebihkan entah itu 1 genggam sesuai keilkhlasan. Apa implikasinya, penduduk Madinah menjadi heboh. Belanja di pasar yahudi dapatnya ringan, sedangkan belanja di pasar orang islam berat. (red : Wallahualam tingkatan Haditsnya)
“Allah akan memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah.” (Al-Baqarah:276)
“Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipat gandakan pahalanya.” (Ar-Ruum:39)
Strategi Keempat : Memenuhi Aturan Ekonomi Islam
Khalifah ‘Umar bin Khatâb Radhiyallahu anhu pernah memperingatkan, “Orang yang belum belajar agama, sekali-kali jangan berdagang di pasar-pasar kami”.
Sahabat ‘Ali bin Abi Thâlib Radhiyallahu anhu pernah berkata, “Pedagang jika tidak faqih (paham fiqih terutama fiqih ekonomi) maka akan terjerumus dalam riba, kemudian terjerumus dan terjerumus (terus)”.
Saya telah meramu 13 jenis-jenis transaksi yang dilarang dalam Islam, anda bisa baca disini http://ekonomi-islam.com/transaksi-yang-dilarang-dalam-islam/ , dari meninggalkan berbagai jenis Riba, Aktivitas Perjudian, Menjual barang Yang Haram, menghidari Gharar, Ihtikar (menumpuk numpuk barang dengan tujuan menaikkan harga) dan lain sebagainya.
Dengan 4 strategi bisnis yang dilakukan para sahabat nabi ini hanya dalam waktu 2 tahun (ada riwayat yang menyebut 4 tahun) hegemoni pasar Yahudi berhasil dikalahkan. Sehingga benarlah firman Allah SWT dan hadits Nabi Muhammad SAW ,
إِنْ يَنْصُرْكُمُ اللَّهُ فَلَا غَالِبَ لَكُمْ وَإِنْ يَخْذُلْكُمْ فَمَنْ ذَا الَّذِي يَنْصُرُكُمْ مِنْ بَعْدِهِ وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ
Jika Allâh menolong kamu, maka tak adalah orang yang dapat mengalahkan kamu; jika Allâh membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu (selain) dari Allâh sesudah itu? Karena itu hendaklah kepada Allâh saja orang-orang mu’min bertawakkal. Qs.3:160
Kalau manusia mulai kikir dengan dinar dan dirham melakukan jual beli dengan cara riba, mengikuti ekor sapi (umat lain, Yahudi dan Nasrani), dan meninggalkan jihad di jalan Allah, maka Allah akan memasukkan kehinaan ke dalam diri mereka, Dia tidak akan menghilangkannya kecuali jika mereka kembali kepada agama mereka,” (H.R. Imam Ahmad dalam Musnadnya, Ath-Thabarani dalam kitab Jami’ Al-Kabir, Al-Baihaqi dalam kitab Syu’abul Ilam dari Abdullah bin Umar)
Bisa jadi inilah penyebab ekonomi umat islam saat ini terpuruk, yaitu kita lari dari tuntunan yang mulia dan mencari dan menukarnya dengan sistem ilmu ekonomi/ bisnis buatan nafsu manusia.
Jadi Apalagi ….
Siap kembali ke ekonomi islam ?
—–